Hari suci Magha Puja memperingati empat peristiwa penting, yaitu :
- Seribu dua ratus lima puluh (1.250) bhikkhu datang dan berkumpul tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.
- Mereka semuanya telah mencapai tingkat kesucian Arahat.
- Mereka semuanya memiliki enam abhinna.
- Mereka semua ditasbihkan oleh Sang Buddha dengan ucapan “Ehi Bhikkhu”.
Sejarah
Peristiwa penting ini dinamakan Caturanggasannipata, yang berarti pertemuan besar para Arahat yang diberkahi dengan empat faktor di atas. Peristiwa penting ini terjadi hanya satu kali dalam kehidupan Sang Buddha Gautama, yaitu pada saat purnama penuh di bulan Magha (Februari), tahun 587 Sebelum Masehi (sembilan bulan setelah Sang Buddha mencapai Bodhi). Pada waktu itu, seribu dua ratus lima puluh orang bhikkhu datang secara serempak pada waktu yang bersamaan, tanpa adanya undangan dan perjanjian sebelumnya ke tempat kediaman Sang Buddha di vihara Veluvana (Veluvanarama, yang berarti hutan pohon bambu) di kota Rajagaha. Mereka datang dengan tujuan untuk memberi hormat kepada Sang Buddha sekembalinya mereka dari tugas menyebarkan Dhamma dan melaporkan hasil penyebaran Dhamma yang telah mereka lakukan tersebut.
Para bhikkhu yang berkumpul pada peristiwa Magha Puja itu telah mencapai tingkat kesucian yang tertinggi, yaitu arahat. Mereka telah berhasil membasmi semua kilesa atau kekotoran batinnya sampai ke akar-akarnya, sehingga mereka dikatakan telah khinasava atau bersih dari kekotoran batin. Mereka tidak mungkin lagi berbuat salah. Mereka telah sempurna. Mereka memiliki abhinna atau kemampuan batin yang lengkap yang berjumlah enam jenis.
Para bhikkhu yang berkumpul pada peristiwa Magha Puja itu semuanya ditahbiskan oleh Sang Buddha dengan cara “Ehi Bhikkhu Upasampada”. Pada kesempatan agung itu, Sang Buddha menerangkan prinsip-prinsip ajaran yang disebut Ovada Patimokkha. Pada peristiwa Suci Magha Puja itu, Sang Buddha juga memberitahukan pengangkatan Arahat Sariputta dan Arahat Moggallana sebagai siswa Utama Beliau (Aggasavaka) dalam Sangha Bhikkhu.
Makna Hari Magha Puja
Magha Puja diperingati untuk mengingatkan umat Buddha pada inti ajaran Sang Buddha serta pelaksanaannya. Ovada-Patimokkha merupakan ajaran dasar yang juga dibabarkan oleh para Buddha sebelum Buddha Gautama. Hal ini ditegaskan dalam riwayat Buddha Vipassi yang dikisahkan dalam Mahapadana Sutta (Digha Nikaya 14) bahwa Buddha Vipassi juga memberikan syair-syair ini sebagai instruksi kepada para bhikkhu siswa-Nya.
Menurut Vinaya Pitaka, selama 20 tahun pertama setelah menjadi Buddha, Sang Buddha tidak menetapkan aturan bagi Sangha, namun hanya menggunakan Ovada-Patimokkha sebagai pedoman dasar bagi kehidupan kebhikkhuan. Setelah banyak orang masuk Sangha sehingga jumlah anggota Sangha semakin bertambah, pelanggaran-pelanggaran semakin banyak terjadi sehingga Sang Buddha menetapkan peraturan kebhikkhuan (Patimokkha) satu per satu untuk menghadapi kasus per kasus pelanggaran yang terjadi.